Sang raja siang sudah gagah berdiri diatas, sinarnya terpancar keseluruh negri serta pancaran cahayanya memberikanku rasa semangat. Aku tahu ini bukanlah hari yang baik untukku, tapi aku mencoba untuk tidak mengungkit lagi perihal masalah yang sedang aku alami saat ini.
Rasa perih ini tidaklah begitu besar kurasakan dibandingkan dengan para pendahuluku, disana mereka rela untuk mempertaruhkan jiwa dan raganya hanya untuk mengapai cita-cita
yang telah diharapkan negri ini. Aku harus mampu untuk berjiwa besar,
penolakan ini bukanlah suatu hal
yang akan menghancurkanku.
Kemarin, diruang itu tepat
di pojok belakang aku berusaha menghampiri seorang pembimbing
yang bertanggung jawab atas penelitianku,
penelitian yang telah banyak menyitawaktuku,
penelitian yang telah banyak membuang serta menguras energiku,
dan karna penelitian ini
pula aku putuskan untuk tidak bertemu dengan keluarga besarku.
Tapi, aku mendapatkan sebuah jawaban
yang sangat membuat hatiku terbelah menjadi beribu-ribu kepingan,
mataku sengaja aku buka lebar-lebar dan aku berusaha untuk tidak mengedipkannya agar sesuatu tidak keluar dari mataku. Namun aku gagal,
air mataku seketika keluar dan mengucur sangat deras dari pinggir bola
mataku, tanganku gemetar, dan kaki ini terasa seperti tidak mampu lagi untuk menyokong tubuhku beserta kekecewaan
yang aku dapatkan hari ini.
Jantungku berdetak kencang,
detakan ini bukanlah detakan
yang akan membawa kabar bahagia, tetapi aku baru saja mendengar bahwa aku gagal.
Ya gagal, aku tahu tidak ada manusia
di dunia ini yang ingin mendapatkan kegagalan. Tapi,
itu semua tak akan pernah bisa kita tukar dengan kata
keberhasilan sebelum kita mencoba memperbaiki kegagalan itu.
Aku telah dijajah oleh diriku sendiri,
aku dijajah oleh tekat dan egoku
yang sungguh besar, aku tidak menyalahkan itu,
aku hanya bertanya mengapa aku mampu untuk berpikir begitu jauh dalam penelitian itu. Aku berani untuk mengambil sebuah metode
yang sebelumnya aku sendiri tidak tahu bagaimana cara melakukannya.
“Kamu sudah memiliki
modal yang besar nak” tiba-tiba lamunanku buyar.
Aku mendengar sesosok pria berbicara dari belakang tubuhku. Aku memutarkan tubuhku kearahnya dan tepat sekali,
disana, aku melihat pak hasan tengah tersenyum kepadaku. Beliau duduk mendekat dan kembali menambahkan suatu perkataan
yang sangat membuat pikiranku bertambah pusing.
“Kamu tahu, pahlawan juga tidak pernah tahu langkah apa
yang mereka ambil, pahlawan juga belum pernah mencoba langkah apa
yang mereka pilih, pahlawan juga seperti kamu,
memiliki keberanian yang
tinggi yang disertai dengan ego yang
tinggi pula. Nak, coba kamu bayangkan,
bagaimana jadinya jika para pahlawan tidak memiliki keberanian dan
ego yang tinggi? Mereka tidak akan berani melawan para penjajah dengan alat
yang seadanya dibadingkan peralatan
yang mereka miliki, dan coba kamu pikirkan nak,
jika para pahlawan tidak memiliki
ego yang tinggi? Mereka tidak akan bertekat untuk menggapai apa
yang telah mereka cita-citakan.
keegoan yang mereka miliki tersalurkan dengan sangat baik nak.”
Kata-kata beliau sontak membuat hatiku terguncang,
pikiranku buntu seperti ada seseorang mengikat jalan pikiranku,
aku tak mampu membantah apa
yang beliau sampaikan, semua omongan beliau masuk akal dan dapat diterima kebenarannya.
“Tapi pak, mereka bias melakukan itu untuk kita,
rakyatnya, serta bangsa sekalipun.
Saya tidak bias seperti mereka!” ucapku sembari merunduk malu.
“Hahaha, apa kamu tidak berpikir nak?
Untuk siapa kamu melakukan penelitian ini nak?” Tanya nya sambil tertawa sehingga membuatku bertambah pusing akan maksudnya.
“Saya melakukan penelitian ini untuk masyarakat pak!” ucapkusingkat. “nah, mereka melakukan itu untuk rakyatnya,
dan kamu melakukan ini untuk masyarakat.
Dimana perbedaannya nak?” tanyanya lagi kepadaku dengan penuh semangat.
“Beda pak, beda.
Mereka telah membawa pengaruh
yang besar untuk kita. Saya tidak membawa kemajuan apapun untuk masyarakat. Dan
mereka berhasil dengan itu semua. Saya samasekali tidak mendapatkan keberhasilan”. Jawabku dengan
rasa penuh amarah akan kegagalanku dihari itu.
“Nak, dengarkan bapakya. Para
pahlawan kita tidaklah langsung berhasil dengan cara
yang ia pilih. Terkadang mereka juga seperti kamu merasa bersalah
karena tidak dapat menemukan solusi
yang lain. Tidakkah kamu tahunak? Bahwa segala sesuatu
yang ingin kita capai tidak akan langsung terwujud dengan hanya sekali percobaan.
Berpikir laginak, terus mencoba,
lakukan hal yang terbaik, dan yakin kamu akan menjadi pahlawan
di era modern ini dengan hasil dari penemuanmu!”. Beliau pun mengucapkan kata kata terakhirnya dan beranjak pergi meninggalkanku sendiri disini untuk merenungkan apa
yang baru saja ia katakan.
Aku bergegas kembali kerumahku dengan segera. Sesampainya dirumah aku membaringkan tubuhku sembari berpikir ulang mengenai perkataan pak hasan. Apa yang ia katakana membuka cakrawalaku terhadap keberanian.
Ya aku harus berani mencoba kembali
tentang penelitianku ini. Aku harus seperti pahlawan
yang bias berjuang memerdekakan negri ini,
aku harus seperti pahlawan
yang dapat memberikan manfaat untuk negri ini,
dan aku harus seperti pahlawan
yang dapat mengorbankan jiwa dan
raga demi kepentingan bangsa.
Kegagalan ini tidak akan mematahkan api semangatku. Dengan penelitian ini,
aku akan membuktikan kepada dunia,
bahwa orang kecilpun bias bersekolah dan menggapai asa.
Aku adalah salah satu
orang yang beruntung dalamdunia pendidikan,
aku ingin semua anak
Indonesia mampu merasakan apa yang
aku rasakan. Mampu merasakan bagaimana manisnya dunia pendidikan
yang sesungguhnya, bagaimana asiknya belajar,
dan bagaimana nikmatnya berpikir.
Setelah nasihat yang
kuterima dari pak hasan, aku semakin bersemangat melanjutkan penelitina ini.
Berbulan-bulan aku bergelut kembali dengan penelitian ini. Dan
aku memperoleh hasil yang aku inginkan.
Aku adalah aku,
aku telah menjadi pahlawan untuk dunia pendidikan
Indonesia. Perkataan pak hasan telah membuka cakrawalaku.
Pahlawan adalah orang
yang sangat berjasa, yang sudi untuk menghabiskan waktunya
demi kepentingan orang lain, pahlawan adalah orang
yang sangat mulia yang mampu berpikir dalam untuk mencari solusi dan memecahkan masalah
yang ada. Karna sejatinya pendidikan merupakan hak setiap anak untuk mendapatkan dan merasakannya. Butuh perjuangan
yang panjang untuk menggapai apa
yang kita harapkan terhadap dunia kependidikan,
agar apa yang kita ekspektasikan sejajar dengan kenyataan
yang ada pada dunia pendidikan saat ini.
“Bagaimana kau mendefinisikan
cinta? Karna cinta yang nyata adalah cinta yang dilandasi dengan semangat
berkorban. Dan baktiku pada negri merupakan wujud cinta yang agung dalam hidup.”
– WidiaKWardani.
*end*
ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete